Kesombongan berikut pelakunya, dalam sejarah biasanya berakhir tragis. Seperti kisah iblis, akibat kesombongan dan kecongkakannya ia terusir dari rahmat Allah.
Demikian juga Namurud yang begitu congkak menentang dakwah Ibrahim. Akhirnya, ia mati mengenaskan. Sebagaiama Fir’aun yang pada akhirnya ditenggelamkan di laut merah dan contoh semacamnya. Akhir hayat mereka begitu memprihatinkan.
Dalam hadits shahih, Nabi pernah menyebutkan ciri-ciri orang yang sombong. Kata beliau:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ، وَغَمْطُ النَّاسِ
“Menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim) Jadi, kalau ada orang yang menolak kebenaran, bahkan meremehkan orang, maka ia bisa disebut sombong.
Dalam buku “Qishshah Nihaayah adz-Dzaalimiin” (149) karya Hani Al-Hajj, dikisahkan dengan begitu mengerikan bagaimana akhir tragis orang yang menolak bahkan melecehkan kebenaran.
Suatu hari Rasulullah SAW mengutus salah seorang sahabatnya untuk berdakwah kepada salah satu pembesar atau tokoh jahiliyah agar menerima ajaran Islam dan menyeru kepada Allah.
Tanpa diduga, jawabannya malah terdengar nyinyir. “Siapa Tuhan yang kamu seru? Dia berasal dari besi, perunggu atau perak?” tanyanya terlihat meledek. Hal ini karena, pada waktu itu yang dikatakan sebagai Tuhan di kalangan masyarakat jahiliyah berbagai macam bentuknya. Ada yang dari batu, besi, perak, emas bahkan ada yang dari adonan roti.
Setelah mengalami penolakan, kemudian hasil dakwah dilaporkan kepada Nabi SAW. Nabi tidak berputus asa. Dikirimlah utusan lagi untuk berdakwah menyampaikan kebenaran hingga ketiga kalinya. Sayang, respons mereka sama. Menolak dan melecehkan kebenaran.
Rupanya, tak lama setelah itu Allah mengirim petir pada tokoh yang melecehkan dan menolak kebenaran itu, hingga membakarnya. Nabi pun berkata kepada utusannya, “Sesungguhnya Allah Ta’ala telah mengirim petir padanya hingga membakarnya.”
Lalu, turunlah ayat berikut ini:
وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيبُ بِهَا مَنْ يَشَاءُ وَهُمْ يُجَادِلُونَ فِي اللَّهِ وَهُوَ شَدِيدُ الْمِحَالِ
“dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dia-lah Tuhan Yang Maha keras siksa-Nya.” (QS. Ar-Ra’du [13]: 13)
Kisah ini menggambarkan bahwa tidak ada baiknya sifat sombong itu. Jika memang tidak bisa menerima kebenaran, minimal tidak melecehkan, membully, berlaku nyinyir dan semacamnya. Sebab, bila Allah berkehendak, maka akhir buruk akan ditimpakan kepada pelakunya dan balasannya dilekaskan di dunia sebagaimana Fir’aun, Namrud dan tokoh-tokoh semacamnya. (*)
Posting Komentar