Yogyakarta - Pemerintah Belanda mengembalikan keris milik Pangeran Diponegoro. Menurut penuturan ahli waris dan dari cerita tutur, keris Diponegoro adalah keris naga siluman. Namun keris yang dikembalikan dari Belanda itu merupakan keris dengan dhapur (rancang bangun) nagasasra.

Dalam khasanah keris Jawa, ada puluhan bahkan ratusan jenis dhapur atau rancang bangun sebuah keris. Keris dhapur naga misalnya, juga sangat banyak jenis. Dhapur nagasasra dan dhapur naga siluman, adalah dua rancang bangun keris yang berbeda dan memiliki ciri, ricikan, serta bentuk yang berbeda yang telah baku.

Ahli waris maupun kalangan tradisional Jawa pada umumnya, selama ini mempercayai bahwa keris Pangeran Diponegoro adalah keris naga siluman. Keris itulah yang diperkirakan disita Belanda seiring penangkapan sang Pangeran pada tahun 1830 di Magelang, bersama tiga barang lainnya yaitu sebuah tombak, sebuah senjata cakra dan sebuah pelana kuda.

Namun keris yang diyakini sebagai milik Pangeran Diponegoro yang dikembalikan pihak belanda ke Indonesia, ternyata bukan dhapur naga siluman. Dari foto-foto yang beredar, baik keluarga maupun masyarakat umum meyakini keris tersebut dhapur nagasasra.

"Kalau melihat fisiknya (keris yang dikembalikan Pemerintah Belanda ke Indonesia) itu dhapur keris nagasasra, itu kalau bicara dhapur ya," papar keturunan ketujuh Pangeran Diponegoro, Roni Sodewo, seperti yang beritakan detik com, Selasa (10/3/2020).


"Kalau kita bicara dhapur, keris yang dikembalikan oleh Belanda itu bukan ber-dhapur naga siluman. Itu dhapur-nya adalah nagasasra kamarogan (keris dhapur nagasasra yang dilapisi hiasan emas)," imbuh Roni.

Namun, Roni tidak memastikan bahwa keris yang dikembalikan tersebut bukan keris Diponegoro. Sebab bisa jadi, nama keris naga siluman sebagai milik Diponegoro selama ini tidak merujuk pada dhapur, tapi sebutan. Dalam tradisi Jawa, memang ada kebiasaan memanai benda-benda khusus dengan nama dan bahkan gelar sesuai kemauan pemiliknya.

"Karena keris itu, orang menyebut keris itu bisa dengan sebutan dhapur-nya atau dengan gelarnya. Jadi keris itu juga punya gelar, tombak punya gelar, punya nama," ucap Roni.

Karena itu ada dugaan bahwa naga siluman adalah nama sesuai dhapur, namun bisa juga sebutan sesuai sebutan yang diberikan untuk keris tersebut. Demikian, menurut Roni, perdebatan tentang kepastian keris yang dikembalikan dari Belanda itu masih terus terbuka. Klaim itu masih bisa berubah jika ada temuan.

"Tetapi apakah masih bisa berubah? Masih bisa kalau besok suatu saat ditemukan lagi data-data yang lebih lengkap, lebih komplit. Misalnya ternyata nanti ditemukan sebuah buku yang mengisahkan tentang (keris) naga siluman milik Pangeran Diponegoro itu dulu asal usulnya dari mana," ujarnya.

Sejauh ini, lanjut Roni, informasi sejarah Pangeran Diponegoro masih bersumber dari 'Babad Diponegoro' yang ditulis sendiri oleh sang Pangeran. Dalam serat babad tersebut, tidak disebut tentang keris naga siluman. Demikian juga dalam 'Babad Diponegoro' versi Surakarta maupun 'Babad Diponegoro Kedung Kebo', tidak menceritakan tentang pusaka Diponegoro.

"Jadi semua masih berdasarkan administrasi yang dikuasai oleh Belanda, yang satu (pertama) adalah kesaksian tertulis Sentot (panglima perang Diponegoro). Yang kedua adalah kesaksian tertulisnya Raden Saleh (pelukis). Yang ketiga adalah surat menyurat antara Kerajaan Belanda dengan Kantor Hindia Belanda di Batavia," kata Roni.

Diberitakan sebelumnya, berkat penelitian dalam koleksi Museum Volkenkunde di Leiden, keris milik Pangeran Diponegoro ditemukan. Keris itu telah diserahkan ke Pemerintah Indonesia.

Dilansir dari situs resmi pemerintah Belanda, Senin (9/3/2020), keris bertatah emas tersebut berhasil diidentifikasi setelah dilakukan penelitian oleh Museum Volkenkunde, Leiden, Belanda. Keris itu telah diserahkan Pemerintah Belanda kepada Presiden Jokowi.

Pada 1975, sebuah komite ahli Belanda dan Indonesia membuat perjanjian tentang transfer ke Indonesia benda-benda budaya yang berkaitan dengan orang-orang penting secara historis. Dalam konteks ini, berbagai benda milik Pangeran Diponegoro kembali pada akhir 1970-an, seperti tombak dan pelana.

Tetapi keris yang dimaksud saat itu tidak diketahui keberadaannya sehingga tidak dapat dikembalikan hingga kemudian berhasil diidentifikasi dan sekarang bisa dikembalikan ke tanah air.(*)




Sumber : detik com

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya