Ekonomi China diprediksi bakal terkontraksi untuk pertama kali dalam tiga dekade terakhir di kuartal-I 2020. Pandemi corona (COVID-19) membuat segalanya macet di negeri itu.
Hal ini sesuai jajak pendapat sejumlah ekonom yang dilakukan AFP. Ada 14 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi China berkontraksi 8,2% dibanding kuartal pertama 2019 lalu.
PDB China selama setahun ini diramal sebesar 1,7%. Padahal sebelumnya di 2019, ekonomi tumbuh 6,1% sepanjang tahun.
"Jika prediksi ini benar, ini akan jadi pertumbuhan terburuk sejak 1976. Tahun di mana Ketua Partai Komunis Mao Zedong meninggal," tulis media itu, Rabu (15/4/2020).
Seorang ekonom Moody's Analytics mengatakan penurunan ekonomi China lebih dari yang diperkirakan. Para pegawai di negeri itu sudah beraktivitas namun lebih lambat dari yang diperkirakan.
Meskipun diimbangi dukungan fiskal dan moneter, ini dianggap tidak akan mampu mengatasi persoalan. "Permintaan dunia tertekan untuk sisa tahun ini," katanya seraya memprediksi peningkatan angka pengangguran.
Ekonom JP Morgan China Zhu Haibin juga melihat hal demikian. "Risiko eksternal kemungkinan akan menahan pemulihan di kuartal II terutama untuk aktivitas manufaktur terkait ekspor China," ujarnya.
Lockdown (karantina wilayah) yang dilakukan belahan dunia lain mengganggu rantai pasokan. Kasus corona dari luar (imported case) juga membuat China takut akan gelombang kedua corona dan membuat konsumsi dan permintaan domestik jauh dari normal.
Sebelumnya, IMF merilis laporan terbarunya pada Selasa (14/4/2020). Dalam laporan itu, IMF meramalkan kontraksi atau pertumbuhan yang global negatif -3%, di 2020, atau turun 6,3 poin persentase dibanding proyeksi Januari 3,3%.
"Tahun ini sepertinya ekonomi global akan menghadapi resesi terburuk sejak Great Depression, krisis keuangan global yang terjadi beberapa dekade lalu," kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, dalam Outlook Ekonomi Global: The Great Lockdown.
China hanya akan tumbuh 1,2%. Di kuartal pertama ini, PDB Negeri Tirai Bambu bakal kontraksi 4,6-15%.
Sebelumnya sejumlah ekonom memprediksi AS sudah resesi. Meski pertumbuhan belum minus dua kuartal dalam satu tahun, sejumlah indikator dipercaya sudah menunjukkan hal tersebut seperti bursa yang jatuh parah, inversi yield (imbal hasil) obligasi dan data pengangguran AS.(*)
Posting Komentar