Amerika Serikat menjadi negara yang terbanyak kasus COVID-19. Berdasarkan informasi terakhir yang diterima dari worldometers.info, sebanyak 615.406 warga AS dinyatakan positif COVID-19 dan 26.164 orang tak dapat diselamatkan nyawanya.

AS menuding Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Cina lalai mengabarkan informasi seputar penyakit COVID-19 yang disebabkan oleh virus Corona. Namun investigasi terbaru yang didapat Newsweek, media terbitan AS, menunjukkan bahwa sebenarnya AS sudah tahu adanya virus tersebut.

Menurut laporan yang diterima Newsweek dari seorang intelijen di Pentagon, semacam Departemen Pertahanan AS, kesiapan militer AS terlambat. Komunitas Intelijen AS telah melacak penyakit menular baru yang menyebar di Cina kala itu.

Pejabat, yang tidak berwenang untuk berbicara secara terbuka tentang masalah ini, menggambarkan pelaporan ini, bagian dari pengumpulan rutin, yang berkaitan dengan penyebaran penyakit di luar negeri.

Komunitas Intelijen mengembangkan laporan resmi tentang bagaimana coronavirus dapat mempengaruhi kesiapan militer AS pada November itu.

Pusat Nasional untuk Intelijen Medis (NCMI) dari Badan Intelijen Pertahanan juga menyangkal keberadaan dokumen bertanggal November itu dalam sebuah pernyataan yang jarang dan baru-baru ini.

"Biasanya, Pusat Nasional untuk Kecerdasan Medis tidak berkomentar di depan umum tentang masalah intelijen tertentu," kata direktur NCMI Kolonel Shane Day.

"Namun, demi kepentingan transparansi selama krisis kesehatan publik saat ini, kami dapat mengonfirmasi bahwa media melaporkan tentang keberadaan/rilis Pusat Nasional untuk Intelijen Medis terkait produk atau penilaian virus Corona pada November 2019 tidak benar," sambung Shane.

Lalu pada bulan Desember 2019, ada laporan mengidentifikasi potensi risiko bagi kepentingan AS.

Sebulan kemudian muncul laporan lagi yang intinya ada "potensi dampak domestik" telah ditetapkan. Namun, laporan-laporan ini "diabaikan oleh Gedung Putih dan diremehkan oleh pemerintah," kata pejabat itu kepada Newsweek.

Sebenarnya, berdasarkan keterangan dari pejabat tersebut, pemerintah AS sudah memiliki peringatan yang mencukupi jika melihat perkembangan penyebaran COVID di Cina dan sejumlah negara lain, sejak November tahunlalu.

Namun Gedung Putih baru bereaksi setelah adanya tentara AS yang ditempatkan di Camp Carroll, Korea Selatan, dinyatakan positif COVID-19. Ini merupakan tentara AS pertama yang terinfeksi COVID.

Sejak itulah NCMI menghasilkan penilaian terperinci tentang dampak penyakit yang mungkin terjadi pada kesiapan angkatan bersenjata. kekuatan. Sayangnya, pada saat bersamaan, virus mematikan itu meluas ke 46 negara di luar China, membentang sejauh Asia seperti Iran, dan bertahan di Italia, di mana penyakit pertama mulai menarik perhatian di AS. []

0Komentar

Sebelumnya Selanjutnya